
Mengatasi Silo: Kenapa Anda Butuh Aplikasi Omnichannel Sekarang Juga
“Bu, stok produk di Shopee sudah habis tapi di website masih bisa checkout.” Pesan itu muncul di layar ponsel Ibu Anggi di tengah rapat mingguan tim penjualan. Belum sempat menjawab, notifikasi lain datang, pelanggan mengeluh di Instagram karena pesanan yang ia beli di marketplace tak kunjung dikirim.
Sebagai Manajer Penjualan di sebuah brand skincare lokal yang sedang naik daun, Ibu Anggi sering menghadapi situasi seperti ini. Penjualan mereka memang melesat, tapi di balik angka-angka itu tersembunyi kekacauan: data pelanggan tersebar di berbagai platform, stok produk tidak sinkron, dan tim sales di lapangan tak punya informasi real-time tentang status pesanan pelanggan.
Masalahnya bukan pada tim yang malas, melainkan sistem yang berdiri sendiri-sendiri. Marketplace, toko online, media sosial, hingga aplikasi POS di toko fisik, semuanya berjalan dengan ritme berbeda. Akibatnya, informasi penjualan sulit dikonsolidasikan, pelanggan kecewa, dan tim semakin kewalahan menambal data yang tak pernah benar-benar tersinkron.
Ibu Anggi mulai menyadari satu hal penting: bisnisnya tidak bisa lagi bertahan dengan sistem yang terpisah-pisah. Ia butuh satu sistem terintegrasi yang bisa menyatukan semua kanal penjualan dan memberikan pandangan utuh tentang pelanggan. Di sinilah konsep aplikasi omnichannel mulai masuk dalam radar perhatiannya.

Paradigma Lama & Tantangan Klasik
Sebelum mengenal istilah omnichannel, Ibu Anggi dan timnya sudah berusaha “mengatur” kekacauan itu dengan cara tradisional. Mereka membuat spreadsheet stok harian, menyalin laporan dari marketplace, dan mengandalkan grup chat untuk mengoordinasikan promosi lintas kanal.
Namun, setiap kali tim marketing menjalankan kampanye besar di media sosial, masalah yang sama selalu muncul. Order melonjak di satu kanal, tapi stok belum diperbarui di kanal lain. Akibatnya, pelanggan bisa membeli produk yang sebenarnya sudah habis. Ketika komplain datang, tim CS harus memeriksa satu per satu dari dashboard berbeda, Marketplace A, WhatsApp Business, website, hingga toko offline.
“Padahal semua sistemnya sudah digital,” pikir Ibu Anggi. “Tapi kenapa malah terasa makin rumit?”
Masalah utamanya terletak pada silo antar sistem. Setiap platform menyimpan data sendiri, tanpa komunikasi satu sama lain. Marketplace mencatat pesanan, sistem POS mencatat penjualan toko, dan tim CS punya catatan pelanggan di CRM yang berbeda. Data yang seharusnya bisa memberi wawasan menyeluruh justru menjadi labirin yang membingungkan.
Lebih buruk lagi, sistem lama yang digunakan perusahaan sejak awal berdiri tidak dirancang untuk integrasi lintas kanal. Saat tim IT mencoba menyatukannya, banyak batasan teknis yang muncul. “Integrasi API-nya belum support,” begitu alasan yang sering terdengar. Akibatnya, Ibu Anggi terjebak antara dua pilihan: terus menggunakan sistem lama yang tidak efisien, atau berinvestasi dalam solusi baru yang belum tentu mudah diimplementasikan.
Di sinilah muncul kesadaran baru, bahwa transformasi digital bukan sekadar menambah kanal penjualan, tapi menyatukan semuanya agar bergerak serentak.
Apa Itu Aplikasi Omnichannel?
Setelah berbulan-bulan bergelut dengan laporan yang tak sinkron dan pelanggan yang semakin sulit dipuaskan, Ibu Anggi akhirnya mulai mencari tahu solusi yang sering disebut para konsultan digital: aplikasi omnichannel.
Awalnya, istilah itu terdengar seperti jargon baru di dunia teknologi. Tapi semakin ia dalami, semakin jelas bahwa inilah jawaban dari semua kebuntuan yang ia alami selama ini. Aplikasi omnichannel bukan sekadar alat chat terpusat atau dashboard penjualan, melainkan sistem yang menghubungkan semua kanal bisnis menjadi satu kesatuan, mulai dari marketplace, e-commerce, media sosial, WhatsApp, hingga toko fisik.
Berbeda dengan sistem multichannel yang hanya menambah banyak kanal tanpa integrasi, aplikasi omnichannel memungkinkan setiap kanal berkomunikasi dan berbagi data secara real-time. Jadi, saat ada satu transaksi di Shopee, sistem otomatis memperbarui stok di semua kanal lain. Tim CS bisa langsung melihat histori pelanggan, tanpa perlu membuka platform terpisah.
Bagi Ibu Anggi, konsep ini terasa seperti menemukan pusat kendali bisnis yang selama ini ia cari. Semua informasi pelanggan, penjualan, dan stok terkumpul di satu layar yang sama. Tidak ada lagi laporan yang berbeda-beda antara divisi sales dan CS, tidak ada lagi kebingungan soal stok, dan yang terpenting, pelanggan mendapatkan pengalaman yang konsisten di mana pun mereka berinteraksi dengan brand.
Dengan kata lain, aplikasi omnichannel membantu bisnis berpindah dari sistem yang reaktif menjadi sistem yang proaktif. Bukan lagi menunggu masalah muncul untuk diselesaikan, tapi mencegahnya sejak awal melalui integrasi data dan komunikasi yang menyatu.
Fitur Inti & Cara Kerja Aplikasi Omnichannel
Suatu sore di kantor, Ibu Anggi menjadwalkan demo dengan salah satu vendor aplikasi omnichannel. Ia ingin memastikan sistem baru ini bukan sekadar janji manis seperti software lain yang pernah ia coba.
Begitu demo dimulai, layar laptopnya menampilkan satu dashboard dengan tampilan bersih, semua kanal penjualan, percakapan pelanggan, hingga status stok muncul dalam satu tempat. “Semua data di sini disinkronkan secara real-time, Bu,” ujar konsultan dari vendor tersebut. “Begitu ada pesanan di marketplace, sistem akan otomatis memperbarui stok di website dan POS toko.”
Ibu Anggi mulai membayangkan betapa praktisnya jika timnya bisa bekerja dengan sistem seperti ini. Tidak perlu lagi menyalin laporan manual, tidak ada lagi kesalahan kirim barang karena stok tidak sinkron.
Secara umum, aplikasi omnichannel bekerja dengan mengintegrasikan seluruh kanal penjualan dan komunikasi ke dalam satu sistem terpusat. Beberapa fitur yang langsung menarik perhatian Ibu Anggi antara lain:
- ✅ Integrasi Multi-Kanal Penjualan
Menghubungkan e-commerce, marketplace, media sosial, dan toko fisik agar semua data transaksi dan pelanggan otomatis tersinkron. - ✅ Manajemen Pesanan Terpadu
Tim bisa memantau semua order dari berbagai kanal dalam satu dashboard, dari proses pembayaran hingga pengiriman. - ✅ Sinkronisasi Stok & Inventori Otomatis
Begitu satu produk terjual di satu kanal, stok otomatis berkurang di seluruh kanal lainnya, menghindari risiko overselling. - ✅ Customer Relationship Management (CRM)
Data pelanggan dikumpulkan dalam satu tempat, sehingga tim sales dan CS dapat melihat riwayat interaksi serta preferensi pelanggan. - ✅ Omnichannel Chat & Support
Seluruh pesan pelanggan dari WhatsApp, Instagram, Telegram, hingga website bisa dijawab langsung dari satu layar. Tidak perlu berpindah aplikasi. - ✅ Analitik & Laporan Real-Time
Memberikan wawasan tentang performa kanal penjualan, tren pelanggan, dan efektivitas promosi untuk mendukung pengambilan keputusan cepat.
Semakin lama demo berlangsung, Ibu Anggi semakin yakin. Semua fitur yang dulu terasa seperti mustahil untuk digabungkan kini bisa berjalan dalam satu ekosistem yang rapi. Satu data, satu sistem, satu sumber kebenaran.
Manfaat Bisnis dari Aplikasi Omnichannel
Tiga bulan setelah implementasi aplikasi omnichannel, suasana di ruang divisi sales terasa berbeda. Dulu, setiap pagi Ibu Anggi harus memeriksa tiga dashboard terpisah sebelum rapat harian dimulai. Sekarang, cukup membuka satu tampilan, semua data penjualan, stok, dan performa kanal sudah tersaji lengkap di layar.
“Rasanya seperti punya kontrol penuh atas bisnis,” ujarnya sambil tersenyum.
Perubahan paling terasa datang dari sisi kecepatan dan konsistensi pelayanan. Ketika pelanggan menanyakan status pesanan lewat Instagram, tim CS tak lagi kebingungan mencari data di sistem lain. Mereka bisa langsung melihat riwayat pembelian, status pengiriman, hingga stok terbaru dalam satu klik. Waktu tanggapan yang dulu memakan waktu berjam-jam kini turun menjadi hitungan menit.
Selain itu, sinkronisasi stok otomatis membuat risiko overselling benar-benar berkurang. Dulu, tim gudang harus bekerja lembur setiap akhir pekan untuk menyesuaikan laporan penjualan antar kanal. Kini, semua berjalan otomatis dan akurat. Bahkan saat ada promosi besar di marketplace, sistem mampu menyesuaikan stok di website secara real-time tanpa gangguan.
Dari sisi penjualan, dampaknya pun nyata. Setelah sistem berjalan stabil, tingkat repeat order naik hampir 25%, sementara jumlah komplain pelanggan menurun drastis. Dengan data pelanggan yang terkumpul rapi di CRM, tim marketing bisa menjalankan promosi yang lebih personal dan tepat sasaran.
Bagi Ibu Anggi, ini bukan sekadar soal efisiensi, tapi tentang membangun pengalaman pelanggan yang konsisten di semua kanal. Pelanggan tak perlu tahu dari mana mereka membeli; yang penting, mereka merasa dilayani dengan cepat, akurat, dan profesional. Dan semua itu hanya mungkin tercapai karena sistem di belakang layar kini berbicara dalam bahasa yang sama.
Masalah dan Hambatan Implementasi
Meski hasilnya kini terlihat memuaskan, perjalanan menuju sistem omnichannel tidak semulus yang dibayangkan. Di awal penerapan, Ibu Anggi harus menghadapi berbagai hambatan, baik dari sisi tim internal maupun sistem lama yang sudah terlalu nyaman digunakan.
Tantangan pertama datang dari resistensi tim. Beberapa staf penjualan menolak belajar menggunakan sistem baru, merasa cara lama sudah cukup efektif. “Lagi-lagi ganti software,” keluh salah satu anggota tim CS.
Ibu Anggi sadar, keberhasilan implementasi bukan hanya soal teknologi, tapi juga bagaimana membangun kepercayaan bahwa perubahan ini akan memudahkan pekerjaan mereka. Ia pun mengadakan pelatihan kecil setiap minggu, membiasakan tim menggunakan dashboard baru, dan memberikan contoh nyata bagaimana sistem ini menghemat waktu mereka.
Masalah lain muncul dari sisi integrasi dengan sistem lama. Perusahaan sudah bertahun-tahun menggunakan software penjualan internal yang tidak sepenuhnya mendukung integrasi API. Akibatnya, tim IT harus bekerja keras menyesuaikan data dan memastikan tidak ada transaksi yang hilang selama masa migrasi. Dalam beberapa minggu pertama, beberapa laporan sempat ganda atau tidak terbaca dengan benar, sesuatu yang sempat menurunkan kepercayaan tim terhadap sistem baru.
Selain itu, ada pula tantangan koordinasi antar divisi. Tim gudang, CS, dan marketing memiliki cara kerja berbeda dan terbiasa menggunakan aplikasi masing-masing. Ketika semuanya harus berpindah ke satu sistem terpadu, dibutuhkan komunikasi yang intens agar tidak saling menyalahkan saat terjadi kendala teknis.
Namun, seiring waktu, hambatan itu mulai terurai. Setelah melihat sendiri kemudahan yang ditawarkan sistem baru, tim mulai berubah sikap. Mereka sadar, aplikasi omnichannel bukan sekadar proyek teknologi, tapi fondasi baru yang membuat pekerjaan lebih efisien dan kolaborasi lebih lancar.
Bagi Ibu Anggi, masa-masa transisi itu menjadi pelajaran berharga: transformasi digital tidak hanya soal mengganti sistem, tapi mengubah budaya kerja di dalamnya.
Strategi Sukses Implementasi Aplikasi Omnichannel
Setelah melewati masa penuh tantangan, Ibu Anggi menyadari bahwa kunci sukses implementasi bukan hanya pada pemilihan aplikasi, tetapi pada cara bisnis mempersiapkan diri. Ia mulai merangkum sejumlah langkah strategis yang terbukti efektif dalam perjalanannya.
- ✅ 1. Pahami kebutuhan bisnis secara menyeluruh
Sebelum memilih vendor, Ibu Anggi duduk bersama tim operasional, CS, marketing, dan IT untuk memetakan alur kerja mereka. Dengan memahami di mana titik bottleneck terjadi, ia bisa menentukan fitur apa yang benar-benar dibutuhkan, bukan hanya yang terlihat canggih di brosur. - ✅ 2. Pilih vendor dengan kemampuan integrasi kuat
Salah satu kesalahan umum bisnis adalah memilih aplikasi yang berdiri sendiri. Ibu Anggi memastikan vendor yang ia pilih memiliki dukungan API terbuka dan bisa terhubung dengan sistem lama perusahaan. Ini penting untuk menjaga kontinuitas data tanpa perlu migrasi besar-besaran yang berisiko. - ✅ 3. Jalankan proyek dalam skala kecil lebih dulu
Alih-alih langsung mengubah seluruh sistem, Ibu Anggi memulai dengan pilot project di dua kanal utama: marketplace dan website. Dari situ, ia bisa menguji alur sinkronisasi stok, waktu respons CS, dan kestabilan sistem. Setelah hasilnya stabil, barulah sistem diperluas ke seluruh kanal dan toko fisik. - ✅ 4. Libatkan tim sejak awal
Transformasi digital sering gagal karena tim merasa “tidak diajak bicara.” Karena itu, Ibu Anggi melibatkan perwakilan dari tiap divisi sejak tahap perencanaan. Mereka tidak hanya dilatih secara teknis, tetapi juga diberi ruang untuk memberi masukan terhadap proses kerja baru. - ✅ 5. Monitor dan evaluasi secara berkelanjutan
Setelah sistem berjalan, pekerjaan belum selesai. Ibu Anggi rutin meninjau laporan performa, menampung feedback pengguna, dan berdiskusi dengan vendor untuk menyesuaikan fitur sesuai kebutuhan. Dengan pendekatan ini, aplikasi omnichannel terus berkembang seiring pertumbuhan bisnisnya.
Berkat langkah-langkah tersebut, implementasi yang awalnya penuh hambatan kini berubah menjadi kisah sukses. Seluruh kanal penjualan kini berjalan harmonis, tim lebih kolaboratif, dan pelanggan menikmati pengalaman yang konsisten di mana pun mereka berinteraksi.
Ibu Anggi akhirnya menyimpulkan satu hal penting: teknologi hanyalah alat, keberhasilan sejati datang dari strategi dan kepemimpinan yang visioner.
Kriteria Memilih Aplikasi Omnichannel Terbaik
Sebelum menentukan pilihan, penting bagi bisnis untuk memahami bahwa tidak semua aplikasi omnichannel menawarkan fitur dan fleksibilitas yang sama. Setiap perusahaan memiliki kebutuhan unik tergantung pada skala, jenis produk, serta saluran penjualan yang digunakan. Berikut ini beberapa kriteria utama yang perlu diperhatikan agar investasi software omnichannel benar-benar efektif:
- ✅ 1. Integrasi yang luas dan mudah
Pilih aplikasi yang mampu terhubung dengan berbagai platform penting seperti marketplace (Tokopedia, Shopee, Lazada), media sosial (Instagram, WhatsApp Business), dan sistem internal seperti software ERP atau CRM. Integrasi ini memastikan aliran data yang konsisten, sehingga tim penjualan dan customer service dapat bekerja lebih cepat dan akurat. - ✅ 2. Kemampuan otomasi proses bisnis
Sistem omnichannel yang baik harus mampu mengotomatisasi proses seperti sinkronisasi stok, update harga, dan pengelolaan pesanan lintas kanal. Dengan otomatisasi, risiko kesalahan input manual bisa ditekan dan waktu kerja tim dapat dialihkan ke aktivitas yang lebih strategis. - ✅ 3. Analitik dan pelaporan real-time
Data adalah fondasi utama pengambilan keputusan. Pastikan aplikasi memiliki dashboard analitik yang menampilkan performa penjualan, perilaku pelanggan, serta efektivitas kampanye pemasaran secara real-time. Ini membantu manajemen dalam merancang strategi yang lebih tepat sasaran. - ✅ 4. Skalabilitas dan fleksibilitas sistem
Bisnis yang sedang berkembang memerlukan sistem yang dapat menyesuaikan diri dengan peningkatan volume transaksi atau penambahan kanal baru. Aplikasi omnichannel yang ideal harus fleksibel untuk di-upgrade atau dikustomisasi sesuai kebutuhan tanpa memerlukan perubahan sistem besar-besaran. - ✅ 5. Dukungan dan layanan purna jual
Banyak proyek digital gagal karena kurangnya dukungan teknis setelah implementasi. Pilih vendor yang menyediakan layanan konsultasi, training, dan support berkelanjutan agar transisi ke sistem omnichannel berjalan lancar.
Transisi yang sukses ke sistem omnichannel bukan hanya tentang fitur teknologi, melainkan juga bagaimana software tersebut bisa mendukung strategi bisnis secara keseluruhan. Pada tahap berikutnya, kita akan membahas rekomendasi aplikasi omnichannel terbaik yang dapat membantu bisnis Anda mengelola penjualan lintas kanal secara efisien dan terintegrasi.
Rekomendasi Aplikasi Omnichannel Terbaik untuk Bisnis Anda
Setelah memahami pentingnya integrasi kanal penjualan, Ibu Anggi mulai mencari aplikasi yang mampu menyatukan seluruh aktivitas bisnisnya, mulai dari komunikasi pelanggan, update stok, hingga laporan penjualan. Berikut lima aplikasi omnichannel terbaik yang layak dipertimbangkan oleh bisnis modern:
🛍️ 1. SAP Commerce Cloud
Sebagai bagian dari ekosistem SAP, platform ini dirancang untuk memberikan pengalaman pelanggan yang konsisten di semua kanal, baik online maupun offline. SAP Commerce Cloud banyak digunakan oleh perusahaan besar dengan kebutuhan kompleks.
✨ Fitur unggulan:
- Integrasi penuh dengan SAP ERP dan CRM.
- Personalisasi pengalaman belanja berdasarkan perilaku pelanggan.
- Manajemen katalog produk lintas kanal (e-commerce, marketplace, POS).
- Analitik real-time untuk pelacakan performa penjualan.
- Dukungan multi-language dan multi-currency untuk bisnis global.
💬 2. Salesforce
Salesforce menjadi pionir dalam solusi CRM berbasis cloud dengan kapabilitas omnichannel yang komprehensif. Sistem ini membantu tim penjualan, marketing, dan customer service bekerja di satu platform terpadu.
✨ Fitur unggulan:
- Omnichannel routing untuk mendistribusikan interaksi pelanggan ke agen yang tepat.
- AI-powered insights untuk memprediksi perilaku pelanggan.
- Integrasi langsung dengan media sosial, email, dan chat.
- Service Cloud Voice untuk dukungan pelanggan berbasis telepon dan AI.
- Dashboard analitik yang bisa dikustomisasi per tim atau divisi.
🛒 3. WooCommerce
Sebagai plugin e-commerce populer untuk WordPress, WooCommerce menawarkan fleksibilitas tinggi bagi bisnis yang ingin membangun sistem omnichannel dengan biaya efisien.
✨ Fitur unggulan:
- Integrasi mudah dengan marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada.
- Sinkronisasi otomatis stok dan harga antar kanal.
- Plugin tambahan untuk koneksi ke WhatsApp dan Instagram Shop.
- Manajemen pesanan lintas platform dalam satu dashboard.
- Dukungan API terbuka untuk integrasi dengan sistem ERP seperti SAP Business One.
🏪 4. BigCommerce
BigCommerce dikenal sebagai platform e-commerce kelas enterprise yang kuat dan siap untuk ekspansi lintas kanal. Solusi ini cocok bagi bisnis dengan volume transaksi tinggi dan kebutuhan integrasi global.
✨ Fitur unggulan:
- Sinkronisasi otomatis produk, pesanan, dan inventori antar kanal.
- Dukungan headless commerce untuk fleksibilitas pengembangan front-end.
- Integrasi native dengan Amazon, eBay, dan POS fisik.
- Fitur analitik dan pelaporan mendalam.
- Skalabilitas tinggi untuk mendukung pertumbuhan bisnis besar.
⚙️ 5. SAP Business One dan Acumatica (Integrasi Omnichannel)
Untuk bisnis menengah hingga besar yang membutuhkan sistem inti kuat dan fleksibel, SAP Business One dan Acumatica dapat menjadi fondasi ERP yang mendukung strategi omnichannel modern.
✨ Fitur unggulan:
- Integrasi langsung antara penjualan online, offline, dan marketplace.
- Manajemen inventori dan gudang real-time.
- Otomatisasi pesanan, pembelian, dan keuangan.
- Analitik bisnis terpusat untuk seluruh cabang dan kanal.
- Modul CRM dan customer tracking bawaan untuk memperkuat loyalitas pelanggan.
Dengan kelima solusi di atas, bisnis dapat memilih sistem yang sesuai dengan kebutuhan dan skalanya. SAP Commerce Cloud dan Salesforce unggul di enterprise, sedangkan WooCommerce dan BigCommerce lebih cocok untuk ekspansi digital yang fleksibel. Sementara itu, SAP Business One dan Acumatica menjadi pilihan terbaik bagi bisnis yang ingin menyatukan seluruh operasional ke dalam satu ekosistem ERP yang terintegrasi.
Kesimpulan: Wujudkan Pengalaman Pelanggan Tanpa Batas dengan Aplikasi Omnichannel
Setelah melalui perjalanan panjang mencari solusi yang tepat, Ibu Anggi akhirnya memahami satu hal penting: pelanggan masa kini tidak hanya membeli produk, tetapi juga mencari pengalaman yang konsisten di setiap kanal. Mulai dari interaksi di media sosial, hingga proses checkout di website, semuanya harus terasa mulus dan terhubung.
Di sinilah peran aplikasi omnichannel menjadi krusial. Dengan sistem yang terintegrasi, bisnis tidak hanya bisa memantau seluruh aktivitas penjualan secara real-time, tetapi juga membangun hubungan pelanggan yang lebih kuat. Tantangan seperti duplikasi data, miskomunikasi antar tim, atau stok yang tidak sinkron dapat diatasi dengan mudah melalui satu dashboard terpusat.
Bagi perusahaan yang ingin membawa operasionalnya ke level berikutnya, mengimplementasikan sistem ERP dengan kemampuan omnichannel adalah langkah yang tepat. Solusi seperti SAP Business One dan Acumatica tidak hanya menghubungkan seluruh kanal penjualan, tetapi juga menyatukan data keuangan, inventori, dan pelanggan dalam satu sistem yang solid.
💬 Ingin tahu bagaimana sistem ERP bisa menyatukan seluruh kanal bisnis Anda?
Jadwalkan demo gratis bersama tim konsultan Think Tank Solusindo dan temukan bagaimana SAP Business One, Acumatica, atau SAP S/4HANA dapat membantu membangun pengalaman omnichannel yang sesungguhnya.
💬 Hubungi kami untuk jadwalkan demo gratis dan konsultasi:
- 📨 Email: info@8thinktank.com
- 📱 WhatsApp: +62 857-1434-5189
- 🖱️ Coba Demo Gratis: Klik di sini

FAQ Seputar Aplikasi Omnichannel
Apa itu aplikasi omnichannel?
Aplikasi omnichannel adalah sistem yang mengintegrasikan berbagai kanal penjualan dan komunikasi pelanggan (seperti marketplace, website, media sosial, dan toko fisik) ke dalam satu platform terpusat. Tujuannya agar bisnis dapat memberikan pengalaman pelanggan yang konsisten, cepat, dan terukur di semua kanal.
Apa bedanya omnichannel dengan multichannel?
Multichannel hanya berarti bisnis hadir di banyak kanal, tetapi masing-masing kanal berdiri sendiri tanpa koneksi data. Sedangkan omnichannel memastikan seluruh kanal saling terhubung dan berbagi informasi secara real-time, sehingga pelanggan mendapat pengalaman yang mulus di mana pun mereka berinteraksi.
Apa manfaat utama menggunakan aplikasi omnichannel untuk bisnis?
Manfaat utamanya meliputi efisiensi operasional, konsistensi data, peningkatan kepuasan pelanggan, dan pengambilan keputusan berbasis analitik. Dengan satu sistem terintegrasi, manajer penjualan dapat memantau performa tim, mengelola stok, serta mengoptimalkan strategi pemasaran dari satu dashboard.
Siapa yang membutuhkan aplikasi omnichannel?
Aplikasi omnichannel ideal untuk bisnis dengan lebih dari satu kanal penjualan, terutama perusahaan di sektor ritel, distribusi, dan e-commerce. Posisi seperti manajer penjualan, marketing director, atau kepala customer service biasanya paling terlibat dalam implementasinya.
Aplikasi omnichannel apa yang direkomendasikan untuk bisnis menengah hingga besar?
Beberapa solusi terbaik di antaranya SAP Commerce Cloud, Salesforce, BigCommerce, serta sistem ERP seperti SAP Business One dan Acumatica yang mendukung integrasi omnichannel penuh. Dengan bimbingan konsultan Think Tank Solusindo, implementasi sistem ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan bisnis Anda.