
Economic Order Quantity dalam Praktik: Dari Kalkulasi ke Keputusan Bisnis Nyata
Sirene forklift berbunyi nyaring di area gudang. Palet bahan plastik bertumpuk hingga hampir menyentuh lampu gantung, sementara di sisi lain, lini produksi mulai panik karena kekurangan bahan pendukung. “Gimana bisa stok melimpah tapi bahan utama justru habis?” keluh Ibu Luna, Kepala Pengadaan di sebuah perusahaan manufaktur plastik dan kemasan.
Ia membuka laporan inventori pagi itu dengan rasa tak percaya. Tabel-tabel menunjukkan angka yang janggal, produk A menumpuk berlebih, sementara produk B dan C justru sudah mendekati titik stockout. Masalahnya bukan pada sistem, tapi pada keputusan pemesanan. Bulan lalu, ketika permintaan pasar sempat turun, tim pengadaan mengurangi pembelian bahan tertentu. Kini, saat permintaan melonjak lagi, supplier malah menaikkan batas minimum order quantity (MOQ).
Situasi semakin rumit karena biaya sewa gudang baru saja naik, membuat tim keuangan menekan pembelian agar tidak terlalu banyak modal kerja tertahan di stok. Di tengah tarik-menarik kepentingan ini, Luna sadar bahwa masalahnya bukan sekadar “berapa banyak harus dipesan”, tapi bagaimana menentukan jumlah pemesanan yang paling efisien tanpa mengganggu produksi maupun arus kas.
Dalam benaknya, ia teringat kembali satu konsep lama yang dulu hanya dianggap teori di bangku kuliah, Economic Order Quantity (EOQ). Namun kini, rumus itu terasa jauh lebih relevan dari sebelumnya.

Apa Itu EOQ? (Konsep dan Logika di Baliknya)
Sambil menatap laporan di tangannya, Ibu Luna membuka kembali catatan lama dari masa kuliahnya. Di situ tertulis singkat:
EOQ (Economic Order Quantity) adalah metode untuk menentukan jumlah pemesanan barang yang paling ekonomis, jumlah yang menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
Secara sederhana, konsep ini berangkat dari dilema klasik setiap manajer pengadaan: kalau memesan terlalu sering, biaya pemesanan akan membengkak (biaya administrasi, ongkos kirim, dan negosiasi dengan supplier). Tapi kalau memesan terlalu banyak sekaligus, biaya penyimpanan akan naik (sewa gudang, asuransi, dan risiko barang rusak atau kadaluarsa).
EOQ berusaha menemukan titik tengah yang paling efisien di antara dua ekstrem itu. Dalam perhitungannya, hanya ada tiga variabel utama:
- D (Demand): jumlah permintaan tahunan,
- S (Setup/Ordering Cost): biaya setiap kali melakukan pemesanan,
- H (Holding Cost): biaya penyimpanan per unit per tahun.
Rumus dasarnya sederhana:
Rumus ini pertama kali diperkenalkan oleh Ford W. Harris pada tahun 1913 dan hingga kini masih menjadi dasar utama dalam manajemen persediaan di banyak industri, mulai dari manufaktur hingga distribusi. Meskipun terlihat seperti teori klasik, prinsip di baliknya tetap relevan: mengambil keputusan pembelian berbasis data dan efisiensi biaya.
Namun tentu, realitas bisnis seperti yang dihadapi Ibu Luna jauh lebih dinamis. Permintaan tidak selalu stabil, biaya bisa berubah kapan saja, dan supplier sering punya kebijakan MOQ yang memaksa jumlah pesanan lebih besar dari angka ideal EOQ. Di sinilah tantangan dimulai: bagaimana menyesuaikan teori ini dengan kondisi pasar yang tidak selalu “teratur”?
Mengapa EOQ Penting untuk Praktisi?
Bagi Ibu Luna, konsep Economic Order Quantity bukan sekadar rumus akademik. Di dunia nyata, EOQ bisa menjadi alat bantu penting dalam mengambil keputusan strategis, terutama saat setiap rupiah biaya harus diperhitungkan dengan cermat.
EOQ membantu tim pengadaan menyeimbangkan dua sisi yang sering bertentangan: efisiensi dan kesiapan stok. Dengan memahami hubungan antara biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan tingkat permintaan, Luna bisa memperkirakan jumlah pemesanan yang tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi, tetapi juga tidak membebani gudang atau arus kas perusahaan.
Bagi tim keuangan, penerapan EOQ memberikan transparansi dalam perencanaan modal kerja. Mereka bisa memprediksi dengan lebih akurat kapan dana dibutuhkan untuk pembelian bahan baku, sehingga anggaran bisa disesuaikan tanpa kejutan di akhir bulan. Di sisi lain, bagi tim operasional, EOQ membantu mengurangi risiko kekurangan bahan saat permintaan meningkat mendadak, sebuah keseimbangan yang krusial di dunia manufaktur.
Namun manfaat terbesar EOQ sebenarnya ada pada disiplin pengambilan keputusan berbasis data. Ketika Luna menggunakan EOQ, ia tidak lagi mengandalkan “feeling” atau tebakan pasar semata. Setiap keputusan pembelian didasarkan pada perhitungan yang mempertimbangkan biaya nyata dan frekuensi pemesanan yang paling rasional. Dengan cara ini, keputusan pengadaan menjadi lebih terukur, dapat dijelaskan, dan lebih mudah dikomunikasikan lintas divisi, terutama saat berhadapan dengan CFO yang menuntut justifikasi setiap rupiah yang keluar.
Pada akhirnya, EOQ membantu praktisi seperti Luna untuk bergerak dari sekadar “membeli” menjadi “mengelola pembelian dengan strategi”. Bukan lagi reaktif terhadap kondisi pasar, tapi proaktif dalam menjaga efisiensi dan stabilitas rantai pasok.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi EOQ
Menentukan EOQ bukan hanya soal menghitung dengan rumus, tetapi juga memahami faktor-faktor yang memengaruhi hasilnya. Jika salah satu elemen berubah, maka nilai EOQ pun akan bergeser, dan strategi pembelian harus disesuaikan. Berikut beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan:
- ✅ Permintaan (Demand)
Permintaan tahunan terhadap suatu produk menjadi fondasi utama EOQ. Semakin tinggi permintaan, semakin besar pula jumlah pesanan optimal yang dibutuhkan agar stok tidak cepat habis. Namun, jika permintaan fluktuatif, perusahaan perlu menyesuaikan EOQ secara berkala agar tetap relevan. - ✅ Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Biaya ini mencakup semua pengeluaran saat melakukan pemesanan, seperti biaya administrasi, pengiriman, hingga waktu kerja staf. Jika biaya pemesanan tinggi, EOQ cenderung meningkat karena perusahaan akan memilih untuk memesan dalam jumlah besar agar frekuensi pemesanan berkurang. - ✅ Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)
Ini mencakup biaya sewa gudang, listrik, keamanan, serta risiko penyusutan atau kedaluwarsa barang. Semakin tinggi biaya penyimpanan, semakin kecil EOQ-nya, karena perusahaan akan menghindari penumpukan stok berlebih. - ✅ Lead Time dan Tingkat Ketersediaan Barang
Waktu tunggu (lead time) antara pemesanan dan penerimaan barang juga berpengaruh. Jika lead time panjang atau pemasok sering terlambat, maka EOQ mungkin perlu disesuaikan dengan menambah safety stock agar tidak kehabisan persediaan. - ✅ Diskon Pembelian dalam Jumlah Besar
Kadang pemasok menawarkan potongan harga untuk pembelian dalam jumlah tertentu. Dalam kasus seperti ini, EOQ bisa disesuaikan dengan mempertimbangkan apakah diskon tersebut cukup besar untuk menutupi kenaikan biaya penyimpanan.
Contoh Penerapan EOQ dalam Perusahaan
Agar lebih mudah dipahami, mari kita lihat contoh sederhana penerapan Economic Order Quantity (EOQ) di perusahaan distribusi bahan bangunan. Misalnya, perusahaan Ibu Luna ingin menentukan jumlah optimal semen yang harus dipesan setiap kali untuk meminimalkan biaya total persediaan.
📦 Data yang diketahui:
- Permintaan tahunan (D): 12.000 sak
- Biaya pemesanan per kali order (S): Rp200.000
- Biaya penyimpanan per sak per tahun (H): Rp10.000
📘 Langkah 1: Hitung EOQ menggunakan rumus:
📘 Langkah 2: Masukkan angka ke rumus:
Jadi, jumlah optimal pemesanan (EOQ) adalah 219 sak per kali order.
📘 Langkah 3: Hitung jumlah pemesanan per tahun:
Jumlah pesanan per tahun = D / EOQ = 12.000 / 219 = sekitar 55 kali pemesanan per tahun.
📘 Langkah 4: Hitung total biaya persediaan tahunan:
= (54,8 × 200.000) + (109,5 × 10.000) = 10.960.000 + 1.095.000 = Rp12.055.000
Dengan menerapkan EOQ, perusahaan Ibu Luna dapat meminimalkan total biaya persediaan menjadi sekitar Rp12 juta per tahun, sekaligus menjaga keseimbangan antara frekuensi pemesanan dan biaya penyimpanan.
Setelah mengetahui cara menghitung dan menerapkan EOQ, sekarang kita akan membahas bagaimana perusahaan dapat mengoptimalkan penerapan EOQ dalam praktiknya melalui strategi dan best practice yang efektif.

Strategi dan Best Practice dalam Mengoptimalkan EOQ
Mengetahui rumus EOQ saja belum cukup. Dalam praktiknya, tantangan utama terletak pada menjaga akurasi data dan fleksibilitas strategi, terutama di tengah fluktuasi pasar yang dinamis. Berikut beberapa strategi dan best practice yang bisa diterapkan oleh tim pengadaan seperti Ibu Luna untuk mengoptimalkan EOQ:
- ✅ 1. Update data permintaan secara berkala
Permintaan yang berubah karena faktor musiman atau tren pasar bisa membuat EOQ lama menjadi tidak relevan. Karena itu, perusahaan sebaiknya menghitung ulang EOQ setiap kuartal atau setiap kali ada perubahan signifikan dalam volume permintaan. - ✅ 2. Negosiasi ulang dengan supplier terkait MOQ dan biaya pengiriman
Jika supplier memiliki Minimum Order Quantity (MOQ) yang lebih tinggi dari EOQ, tim pengadaan bisa menegosiasikan fleksibilitas pemesanan. Alternatif lain, lakukan joint procurement antar divisi agar tetap efisien tanpa harus menyimpan stok berlebih. - ✅ 3. Integrasikan EOQ dengan sistem ERP atau software inventory
EOQ paling efektif bila datanya sinkron dengan sistem manajemen stok dan keuangan. Software ERP seperti SAP Business One atau Acumatica dapat membantu menghitung EOQ otomatis berdasarkan data real-time, sehingga keputusan pembelian lebih akurat dan cepat. - ✅ 4. Perhitungkan faktor biaya tidak langsung (hidden cost)
Kenaikan sewa gudang, tarif listrik, atau asuransi sering luput dari perhitungan. Padahal, semua faktor tersebut memengaruhi biaya penyimpanan. Pastikan seluruh biaya ini tercatat untuk menjaga validitas EOQ. - ✅ 5. Kolaborasi lintas departemen
EOQ bukan hanya urusan tim pengadaan, tetapi juga keuangan dan operasional. Diskusikan hasil perhitungan EOQ bersama untuk mencapai keseimbangan antara cash flow dan stock availability yang sehat.
Setelah strategi optimasi EOQ diterapkan, langkah selanjutnya adalah memahami bagaimana teknologi dapat membantu memperkuat penerapan konsep ini secara berkelanjutan. Mari kita bahas di bagian berikutnya tentang peran software dalam mendukung pengambilan keputusan EOQ yang lebih presisi.
Peran Software ERP dalam Otomatisasi EOQ
Di era digital saat ini, praktik pengadaan modern tidak lagi hanya bergantung pada spreadsheet dan intuisi. Konsep Economic Order Quantity (EOQ) kini bisa diotomatisasi sepenuhnya dengan bantuan software ERP (Enterprise Resource Planning). Bagi Ibu Luna dan timnya, ini menjadi game-changer dalam pengambilan keputusan pembelian yang cepat dan berbasis data.
ERP modern seperti SAP Business One dan Acumatica mampu menghitung EOQ secara otomatis berdasarkan data historis penjualan, biaya pembelian, dan biaya penyimpanan yang terus diperbarui. Ketika salah satu variabel berubah, misalnya biaya gudang naik atau supplier mengganti harga, sistem akan langsung menyesuaikan nilai EOQ yang optimal. Hasilnya, keputusan pengadaan menjadi lebih akurat tanpa perlu perhitungan manual berulang kali.
Selain itu, sistem ERP juga memudahkan integrasi antara departemen pengadaan, keuangan, dan operasional, sehingga seluruh pihak memiliki visibilitas terhadap stok dan kebutuhan pembelian. Tim keuangan dapat memantau arus kas dan anggaran pembelian secara real-time, sementara tim gudang bisa memastikan level stok sesuai kebutuhan produksi. Semua keputusan pembelian menjadi lebih sinkron, cepat, dan transparan.
ERP juga mendukung notifikasi otomatis untuk pemesanan ulang (reorder point) ketika stok mendekati batas minimum. Dengan begitu, Luna tidak lagi harus menebak-nebak kapan harus memesan barang, karena sistem sudah memberikan rekomendasi berbasis EOQ dan data aktual.
Terakhir, software ERP memberikan laporan analitik yang komprehensif untuk mengevaluasi apakah strategi EOQ berjalan efektif. Dari laporan ini, Luna dapat menilai apakah frekuensi pemesanan, biaya penyimpanan, dan tingkat pemenuhan stok sudah berada di titik optimal.
Dengan otomatisasi EOQ lewat ERP, pengadaan tidak lagi bersifat reaktif. Luna kini bisa menjalankan strategi pembelian yang efisien, terukur, dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan biaya maupun permintaan pasar.
Kesimpulan: EOQ Modern untuk Efisiensi Pengadaan Cerdas
Kisah Ibu Luna menggambarkan kenyataan banyak perusahaan saat ini: di tengah tekanan biaya dan ketidakpastian permintaan, menjaga keseimbangan antara ketersediaan stok dan efisiensi modal kerja bukanlah hal mudah. Di sinilah Economic Order Quantity (EOQ) memainkan peran penting, membantu menentukan titik optimal antara frekuensi pemesanan dan biaya penyimpanan.
Namun, seperti yang kita bahas sebelumnya, rumus EOQ saja tidak cukup jika dijalankan secara manual. Variabel seperti perubahan harga bahan baku, kenaikan biaya gudang, atau minimum order dari supplier dapat mengubah hitungan dalam sekejap. Karena itu, otomatisasi EOQ melalui software ERP menjadi solusi paling efisien untuk era bisnis modern.
Dengan sistem seperti SAP Business One, Acumatica, atau SAP S/4HANA, perusahaan dapat memantau seluruh parameter EOQ secara real-time. Perubahan biaya langsung tercermin dalam sistem, dan rekomendasi pembelian pun bisa diambil lebih cepat dan akurat. Hasilnya, tim pengadaan, keuangan, dan operasional dapat bekerja selaras dalam menjaga keseimbangan stok dan efisiensi biaya.
Jika Anda ingin merasakan bagaimana software ERP dapat mengotomatisasi perhitungan EOQ dan pengelolaan stok secara real-time, tim Think Tank Solusindo siap membantu. Jadwalkan demo gratis untuk melihat bagaimana SAP Business One, Acumatica, atau SAP S/4HANA dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis Anda.
💬 Hubungi kami untuk jadwalkan demo gratis dan konsultasi:
- 📨 Email: info@8thinktank.com
- 📱 WhatsApp: +62 857-1434-5189
- 🖱️ Coba Demo Gratis: Klik di sini

FAQ Seputar Economic Order Quantity (EOQ)
Apa itu Economic Order Quantity (EOQ)?
EOQ atau Economic Order Quantity adalah metode untuk menentukan jumlah pembelian optimal agar biaya total persediaan (baik biaya pemesanan maupun biaya penyimpanan) menjadi paling efisien.
Mengapa EOQ penting bagi tim pengadaan atau procurement?
EOQ membantu tim pengadaan menyeimbangkan kebutuhan stok dengan efisiensi biaya. Dengan EOQ, perusahaan dapat menghindari pembelian berlebihan yang membebani gudang, sekaligus mencegah kekurangan stok yang bisa menghambat operasional.
Apa saja faktor yang memengaruhi perhitungan EOQ?
Beberapa faktor utama yang memengaruhi EOQ meliputi volume permintaan tahunan (D), biaya pemesanan per order (S), dan biaya penyimpanan per unit per tahun (H). Ketiga variabel ini digunakan dalam rumus dasar EOQ:
Apa tantangan utama dalam menerapkan EOQ?
Tantangan umum mencakup fluktuasi permintaan musiman, kebijakan minimum order quantity (MOQ) dari supplier, serta perbedaan pandangan antara tim keuangan dan pengadaan terkait jumlah stok ideal. Selain itu, perubahan biaya penyimpanan juga dapat memengaruhi validitas EOQ.
Bagaimana software ERP membantu otomatisasi EOQ?
Software ERP seperti SAP Business One, Acumatica, dan SAP S/4HANA mampu menghitung EOQ secara otomatis berdasarkan data historis penjualan, biaya pembelian, dan biaya penyimpanan. ERP juga memberikan rekomendasi pemesanan ulang (reorder) dan analisis biaya total secara real-time.
Apakah EOQ cocok untuk semua jenis bisnis?
EOQ paling efektif untuk bisnis dengan permintaan relatif stabil dan biaya penyimpanan yang dapat diprediksi. Namun, dengan bantuan ERP, metode ini tetap bisa diadaptasi untuk sektor dengan permintaan fluktuatif melalui pembaruan data secara berkala.