
Jualan Gagal Terus? Mungkin Sistem Penjualan Bisnismu yang Salah
“Barangnya lengkap, harga bersaing, toko juga selalu ramai… tapi kok omzet saya nggak pernah naik-naik, ya?” keluh Bu Diah, pemilik toko elektronik di bilangan Jakarta Timur.
Selama hampir tiga tahun terakhir, Bu Diah mengelola bisnisnya dengan penuh semangat. Ia rajin mengikuti tren produk, membina hubungan dengan supplier, bahkan sudah mulai mencoba jualan lewat marketplace. Tapi anehnya, hasil penjualannya masih jauh dari harapan. Konsumen datang silih berganti, tapi tak banyak yang benar-benar membeli. Agen yang dulu sempat membantu pun tak lagi aktif.
Setelah menyelami lebih dalam, barulah ia sadar: selama ini, ia belum punya sistem penjualan yang terstruktur. Semua dijalankan berdasarkan kebiasaan, tanpa strategi yang jelas. Padahal, dalam dunia bisnis, sistem penjualan ibarat fondasi — tanpanya, sulit membangun pertumbuhan yang stabil.
Melalui artikel ini, kita akan mengulas berbagai macam sistem penjualan yang umum dipakai pelaku usaha, dari yang konvensional hingga yang langsung menjangkau konsumen. Kita juga akan mengikuti langkah-langkah Bu Diah dalam mengevaluasi dan memperbaiki sistem penjualannya agar bisnisnya bisa tumbuh lebih sehat dan berkelanjutan.
Daftar Isi

🟦 Apa Itu Sistem Penjualan dan Mengapa Penting?
Malam itu, Bu Diah sedang bersantai di ruang tengah sambil scroll TikTok. Algoritma rupanya sedang “baik hati” — muncul video seorang pebisnis muda yang menjelaskan kenapa banyak toko offline gulung tikar meski produknya bagus. Salah satu alasannya? Tidak punya sistem penjualan yang jelas!
“Jualan itu bukan cuma soal buka toko dan nunggu pelanggan datang,” kata si content creator. “Harus tahu juga kamu pakai sistem penjualan apa: langsung ke konsumen, lewat reseller, lewat distributor, atau malah kombinasi semuanya?”
Kalimat itu seolah mengetuk kesadaran Bu Diah. Selama ini, ia terlalu fokus pada barang dan stok, tapi tak pernah memikirkan proses penjualannya sebagai sebuah sistem. Semua berjalan seadanya — karyawan menawarkan produk kalau ada pelanggan, selebihnya menunggu. Tak ada strategi aktif untuk menjangkau lebih banyak pembeli, tak ada alur follow-up, apalagi program loyalitas.
Dari situlah ia mulai mencari tahu lebih dalam: apa sebenarnya yang dimaksud dengan sistem penjualan? Ternyata, sistem penjualan adalah serangkaian metode dan langkah terstruktur yang dipakai untuk menjual produk atau jasa secara konsisten. Bukan cuma soal teknik menjual, tapi mencakup seluruh alur: dari strategi menjangkau calon pelanggan, cara berinteraksi, hingga bagaimana penjualan ditutup dan dilayani pasca-transaksi.
Tanpa sistem yang rapi, bisnis bisa terlihat sibuk tapi stagnan. Sebaliknya, dengan sistem yang tepat, proses penjualan jadi efisien, mudah dipantau, dan lebih bisa ditingkatkan.
Setelah malam itu, Bu Diah memutuskan: ia perlu tahu sistem penjualan apa saja yang ada — dan mana yang paling cocok untuk tokonya.
🟦 Pilihan Sistem Penjualan: Dari A ke Z
Setelah semalaman nonton video edukatif dan baca-baca artikel seputar strategi penjualan, Bu Diah menyadari satu hal penting: tidak ada satu sistem yang cocok untuk semua bisnis. Tapi ada beberapa pendekatan utama yang bisa dipilih, disesuaikan dengan karakter produknya, target pasarnya, dan gaya bisnisnya sendiri.
Berikut beberapa jenis sistem penjualan yang mulai dipelajari Bu Diah:
🔹 1. Trade Selling
Sistem ini melibatkan penjual yang mendistribusikan produk ke pengecer atau reseller. Cocok untuk produk yang dibutuhkan secara rutin dan dijual kembali, seperti perlengkapan elektronik kecil, aksesoris, atau kebutuhan rumah tangga.
Bu Diah teringat salah satu suplier audio yang sukses karena rutin menitipkan barang ke toko-toko kecil dengan diskon khusus dan display menarik. Produk mereka lebih cepat laku, meskipun kualitasnya mirip dengan yang dijual Bu Diah.
🟢 Cocok untuk: bisnis dengan jangkauan luas dan inventory stabil.
🔹 2. Direct Selling (Penjualan Langsung)
Model ini mengandalkan interaksi personal langsung dengan pelanggan — tanpa perantara. Bisa berbentuk door-to-door, home party, atau demo produk via online.
Seorang kenalan Bu Diah sukses jual alat masak listrik lewat live TikTok dan WhatsApp group. Semua dijalankan sendiri, tapi hasilnya stabil dan loyalitas pelanggannya tinggi. Ini membuat Bu Diah mulai berpikir: mungkinkah produk kecil seperti rice cooker dan blender bisa dijual langsung lewat sistem serupa?
🟢 Cocok untuk: produk dengan nilai tambah yang butuh penjelasan langsung.
🔹 3. New Business Selling
Fokusnya pada mencari pelanggan baru, sering dipakai untuk produk dengan siklus pembelian panjang atau yang butuh edukasi pasar.
Bu Diah mengingat pengalaman menjual produk baru seperti smart home system — saat itu sulit sekali menjelaskan manfaatnya kepada pelanggan biasa. Barangkali, dibutuhkan pendekatan khusus untuk jenis produk ini.
🟢 Cocok untuk: produk inovatif atau teknologi baru.
🔹 4. Responsive Selling
Sistem ini menunggu permintaan datang, lalu penjual merespons sesuai kebutuhan pelanggan. Cenderung pasif, tapi tetap diperlukan dalam model bisnis tertentu.
“Ini sih sistem yang selama ini saya pakai,” gumam Bu Diah. Ia sadar bahwa hanya mengandalkan pelanggan datang sendiri membuat alur penjualannya stagnan. Setelah tahu istilahnya, ia jadi lebih kritis: sistem ini tak cukup jika ingin tumbuh cepat.
🟡 Cocok untuk: bisnis dengan pasar yang sudah mapan, tapi kurang agresif.
🔹 5. Technical Selling
Penjual berperan sebagai konsultan, memberikan solusi teknis untuk kebutuhan spesifik pelanggan. Biasanya dilakukan oleh tim yang paham produk secara mendalam.
Bu Diah mulai mempertimbangkan sistem ini saat ia menjual perangkat smart TV ke kantor-kantor. Pelanggan seringkali butuh bantuan instalasi dan integrasi — ini peluang untuk menambah nilai layanan.
🟢 Cocok untuk: produk teknologi, industri B2B, atau solusi custom.
Setelah memahami jenis-jenis sistem ini, Bu Diah pun mulai memetakan: produk mana yang cocok dijual dengan sistem trade, mana yang bisa ditawarkan langsung ke pelanggan lewat social media, dan mana yang butuh pendekatan konsultatif.
🟦 Jenis Penjualan dan Metode Pembayarannya
Setelah memahami tipe-tipe sistem penjualan, Bu Diah menyadari bahwa sistem bukan hanya soal bagaimana produk ditawarkan, tapi juga bagaimana pembayaran diterima dan dicatat. Ini penting agar arus kas tetap sehat dan tidak ada piutang macet yang bikin pusing di akhir bulan.
Setidaknya, ada tiga jenis utama dalam sistem penjualan berdasarkan cara pembayarannya:
🔹 1. Penjualan Tunai
Metode paling sederhana: pelanggan membayar langsung saat transaksi. Cocok untuk produk eceran dan transaksi langsung.
Di toko Bu Diah, sebagian besar pembelian kecil seperti kabel charger, lampu LED, atau headset murah masih menggunakan sistem ini. Prosesnya cepat, uang langsung masuk, dan tak ada risiko piutang.
🟢 Kelebihan: arus kas langsung.
🔴 Kekurangan: kurang fleksibel untuk transaksi besar.
🔹 2. Penjualan Kredit
Pelanggan diberi waktu untuk membayar, biasanya 14–30 hari setelah barang diterima. Umum digunakan dalam penjualan B2B.
Salah satu klien Bu Diah, sebuah kantor kecil, kerap membeli dalam jumlah besar dan meminta tempo pembayaran 1 bulan. Awalnya Bu Diah ragu, tapi setelah membuat catatan piutang rapi dan menetapkan batas kredit, sistem ini justru membuka peluang penjualan yang lebih besar.
🟢 Kelebihan: bisa mendorong volume penjualan.
🔴 Kekurangan: risiko keterlambatan atau gagal bayar.
🔹 3. Penjualan Konsinyasi
Penjual menitipkan barang ke pihak lain untuk dijual, dan hanya menerima pembayaran saat barang laku.
Bu Diah pernah mencoba sistem ini saat bekerja sama dengan toko alat rumah tangga lain. Barangnya dipajang tanpa dibeli dulu, dan ia mendapat laporan penjualan mingguan. Sistem ini cocok saat ingin memperluas jangkauan tanpa banyak modal.
🟢 Kelebihan: memperluas distribusi tanpa perlu banyak stok.
🔴 Kekurangan: kontrol terbatas dan pembayaran tertunda.
Dengan memahami cara kerja masing-masing sistem pembayaran, Bu Diah mulai bisa menyusun strategi: produk tertentu tetap dijual tunai, beberapa bisa ditawarkan lewat skema kredit, dan untuk stok yang ingin ia edarkan lebih luas — konsinyasi bisa jadi pilihan cerdas.
🟦 Strategi Bu Diah: Menentukan Sistem Penjualan yang Tepat
Setelah menyelami berbagai sistem penjualan dan metode pembayaran, Bu Diah tidak lagi melihat penjualan sebagai aktivitas yang “mengalir begitu saja”. Ia sadar, sistem yang selama ini dijalankan perlu dievaluasi dan diperbaiki. Tapi ia juga tidak mau gegabah — semua perubahan harus bertahap dan realistis.
Berikut langkah-langkah yang akhirnya Bu Diah ambil:
✅ 1. Memetakan Produk Berdasarkan Karakteristik
Pertama, Bu Diah membagi produknya ke dalam tiga kategori:
- Produk dengan perputaran cepat (lampu LED, kabel, baterai)
- Produk bernilai menengah (kompor listrik, blender)
- Produk bernilai tinggi (TV, smart home system)
Ia menyadari, tiap kelompok membutuhkan pendekatan sistem penjualan yang berbeda. Barang kecil bisa dijual langsung (trade selling), sementara produk bernilai tinggi butuh pendekatan lebih aktif atau konsultatif.
✅ 2. Menyesuaikan Sistem Penjualan Berdasarkan Target Pasar
Lalu ia memetakan siapa yang membeli apa:
- Pelanggan umum membeli langsung di toko.
- Instansi dan kantor lebih sering beli dalam jumlah besar.
- Komunitas ibu rumah tangga seringkali tertarik lewat penawaran di WhatsApp Group.
Dari sini, Bu Diah mulai mencoba strategi direct selling via digital untuk segmen ibu rumah tangga, responsive selling untuk pelanggan umum, dan new business selling untuk segmen B2B.
✅ 3. Membangun Sistem Follow-Up dan Insentif
Salah satu perubahan paling signifikan yang Bu Diah lakukan adalah membangun sistem follow-up pelanggan:
- Memberikan pelatihan sederhana ke staf soal cara menindaklanjuti calon pembeli.
- Menyusun skrip WhatsApp untuk edukasi produk.
- Memberikan insentif jika penjualan berhasil lewat referensi.
“Ternyata follow-up itu bukan sekadar ngajak beli lagi, tapi soal hadir di momen yang tepat,” ujarnya.
✅ 4. Mengintegrasikan Sistem Pembayaran yang Fleksibel
Terakhir, Bu Diah membuka opsi pembayaran:
- Tunai untuk pembelian langsung.
- Tempo 30 hari untuk instansi.
- Sistem konsinyasi untuk partner toko luar kota.
Hasilnya? Penjualan meningkat tanpa harus menambah banyak modal. Yang berubah hanya cara dan sistemnya.
✅ 5. Mulai Menggunakan Sistem POS
Untuk mempermudah pencatatan transaksi, manajemen stok, dan pelaporan penjualan harian, Bu Diah mulai menggunakan sistem Point of Sale (POS). Awalnya ia ragu, tapi setelah melihat laporan penjualan yang lebih rapi dan cepat, ia merasa ini adalah investasi yang tepat.
“Dulu saya catat manual. Sekarang tinggal klik, semua data keluar,” kata Bu Diah sambil tersenyum puas.
✅ 6. Mempertimbangkan Sistem ERP Retail
Seiring bertambahnya cabang dan kompleksitas stok barang, Bu Diah mulai mempertimbangkan penggunaan sistem ERP retail. Ia ingin seluruh proses — dari pembelian barang, stok, penjualan, hingga laporan keuangan — bisa saling terhubung otomatis.
“Saya butuh sistem yang bisa bantu saya melihat seluruh toko seperti satu dashboard besar,” pikir Bu Diah. Ia pun mulai menjajaki demo beberapa software ERP yang cocok untuk skala ritelnya.
Dari awalnya hanya mengandalkan toko fisik, kini Bu Diah menjalankan kombinasi sistem penjualan — sesuai kebutuhan pelanggan, karakter produk, dan arah pertumbuhan bisnisnya. Ia tidak lagi menunggu pembeli datang, tapi tahu cara menjemput peluang dengan strategi yang lebih cerdas.
🟦 Kesimpulan: Saatnya Menyusun Sistem Penjualan yang Terarah
Perjalanan Bu Diah membuktikan bahwa bisnis tidak bisa terus bergantung pada naluri atau rutinitas lama. Sistem penjualan yang rapi dan terstruktur bukan hanya meningkatkan omzet, tapi juga memberi ketenangan dalam mengelola bisnis.
Mulai dari memilih pendekatan yang tepat untuk tiap jenis produk, membuka berbagai metode pembayaran, hingga menggunakan tools seperti POS dan ERP retail — semua langkah kecil itu membawa perubahan besar. Kini, Bu Diah tak lagi hanya “berjualan”, tapi benar-benar menjalankan sistem penjualan yang cerdas dan berkelanjutan.
Jika Anda seperti Bu Diah, sedang mencari cara untuk menyusun sistem penjualan yang lebih efektif dan terukur, mungkin ini saat yang tepat untuk mulai mencoba solusi digital.
🟩 Ingin Sistem Penjualan Bisnis Anda Lebih Tertata dan Otomatis?
Coba demo gratis software ERP dari Think Tank Solusindo seperti SAP Business One dan Acumatica, yang bisa membantu Anda mengelola penjualan, stok, hingga laporan keuangan secara terintegrasi dalam satu sistem.
💬 Tim konsultan Think Tank siap membantu Anda memilih solusi yang sesuai dengan kebutuhan bisnis retail Anda — termasuk integrasi dengan sistem POS dan multi-cabang.
🚀 Coba Demo Gratis Sekarang
- 📨 Email: info@8thinktank.com
- 📱 WhatsApp: +62 857-1434-5189
- 🖱️ Coba Demo Gratis: Klik di sini

Pertanyaan Umum Seputar Sistem Penjualan
Apa itu sistem penjualan dalam bisnis?
Sistem penjualan adalah cara atau metode yang digunakan bisnis untuk menawarkan dan menjual produk kepada pelanggan, termasuk strategi pemasaran, pendekatan pelanggan, hingga proses pembayaran.
Apa saja jenis sistem penjualan yang umum digunakan?
Jenis sistem penjualan antara lain penjualan langsung (direct selling), penjualan melalui distributor, penjualan berbasis kredit, hingga sistem konsinyasi. Pemilihannya tergantung pada jenis produk dan target pasar.
Mengapa sistem penjualan penting bagi bisnis retail?
Sistem penjualan membantu bisnis menciptakan proses penjualan yang efisien, memaksimalkan konversi, dan menjaga arus kas tetap sehat. Tanpa sistem yang jelas, bisnis berisiko kehilangan peluang dan pelanggan.
Apakah sistem POS dan ERP bisa membantu sistem penjualan?
Ya. Sistem POS mempermudah pencatatan transaksi dan pengelolaan stok harian, sementara sistem ERP retail membantu mengintegrasikan semua proses penjualan, pembelian, stok, hingga laporan keuangan dalam satu platform.
Bagaimana cara mulai membenahi sistem penjualan di bisnis saya?
Mulailah dengan memetakan jenis produk, memahami karakter pelanggan, memilih metode pembayaran yang sesuai, lalu dukung dengan teknologi seperti POS dan ERP. Konsultasi dengan ahli juga sangat disarankan.
Berita Menarik Lainnya: GOTO Batalkan Private Placement: Strategi Baru di Tengah Dinamika Pasar