days sales outstanding

Memahami Days Sales Outstanding (DSO) dan Dampaknya terhadap Cash Flow Bisnis

“Ini sudah lewat dua minggu dari jadwal cicilan kedua, tapi belum ada kabar sama sekali dari pihak klien,” gumam Bu Mayang sambil memeriksa ulang daftar kontrak penjualan alat berat yang masih berjalan.

Sebagai Direktur Sales di perusahaan distribusi alat berat, Bu Mayang paham betul bahwa transaksi senilai miliaran rupiah tidak akan dibayar lunas dalam sekali transfer. Sebagian besar klien mereka—perusahaan tambang, kontraktor besar, hingga penyedia jasa konstruksi—memang menggunakan skema cicilan jangka panjang, sering kali melibatkan DP dan pembayaran bertahap selama 12 hingga 36 bulan.

Namun, akhir-akhir ini, ia mulai gelisah. Beberapa klien menunda pembayaran lebih dari 30 hari dari termin yang disepakati. Padahal alat sudah dikirim, tim teknisi sudah diterjunkan ke lapangan, dan biaya operasional terus berjalan. Jika tunggakan terus menumpuk, perusahaan bisa kehabisan nafas untuk membayar supplier, gaji teknisi, bahkan logistik ke lokasi proyek terpencil.

Situasi ini membuat Bu Mayang mulai memerhatikan satu metrik penting yang sebelumnya jarang ia perhatikan: Days Sales Outstanding (DSO). Ia mulai sadar bahwa pekerjaan sales tidak berhenti saat kontrak ditandatangani. Ketika DSO naik, bukan hanya tim finance yang terkena imbas—divisi sales pun ikut terdampak karena cash flow perusahaan jadi tidak stabil.

Apa Itu Days Sales Outstanding (DSO) dan Mengapa Penting?

Bagi sebagian orang di luar tim keuangan, Days Sales Outstanding (DSO) mungkin terdengar seperti istilah teknis akuntansi yang rumit. Tapi bagi Bu Mayang, DSO kini menjadi angka yang ia pantau setiap bulan bersama timnya—sebab dari sanalah ia bisa menilai apakah penjualan yang telah dikontrak benar-benar membawa uang masuk ke perusahaan tepat waktu.

Secara sederhana, DSO adalah ukuran rata-rata berapa hari yang dibutuhkan perusahaan untuk mengumpulkan pembayaran dari pelanggan setelah penjualan dilakukan secara kredit. Semakin lama pembayaran diterima, semakin tinggi angka DSO, dan semakin besar pula tekanan terhadap arus kas bisnis.

Meski terdengar seperti urusan tim finance, DSO sebetulnya adalah urusan seluruh lini operasional—terutama bagi divisi sales dan manajemen puncak. Sebab penjualan yang terus meningkat tidak selalu berarti cash flow yang sehat, apalagi jika invoice yang seharusnya dibayar dalam waktu 30 atau 60 hari justru tertunda hingga berbulan-bulan.

DSO menjadi indikator penting untuk menilai efisiensi pengelolaan piutang usaha. Jika dibiarkan terlalu tinggi, perusahaan bisa mengalami “penjualan semu”: revenue tercatat naik di atas kertas, tetapi uangnya tidak kunjung masuk ke kas. Dan dalam industri seperti distribusi alat berat—di mana operasional sangat bergantung pada ketersediaan modal kerja—hal itu bisa menjadi titik lemah yang berbahaya.

Contoh Dampak DSO Tinggi di Berbagai Industri

Bu Mayang bukan satu-satunya yang menghadapi tantangan ini. Di berbagai industri lain, DSO tinggi sering kali menjadi penyebab utama cash flow tersendat, bahkan ketika bisnis tampak sehat secara penjualan. Berikut beberapa contoh nyata bagaimana DSO bisa menimbulkan masalah serius:

🏗️ Distribusi Alat Berat

Dalam industri tempat Bu Mayang bekerja, skema pembayaran alat berat umumnya dilakukan secara cicilan jangka menengah hingga panjang. Namun jika klien terlambat membayar satu atau dua termin, perusahaan tetap harus menanggung beban biaya operasional teknisi, pengiriman, serta perawatan unit. Dalam skenario ini, DSO tinggi berarti dana operasional tertahan dan perputaran modal jadi terganggu.

💼 Jasa Konsultan & Profesional

Di firma konsultan, pembayaran klien sering kali dilakukan setelah pekerjaan selesai. Jika invoice baru dibayar 60–90 hari setelah layanan diberikan, maka perusahaan harus menalangi biaya gaji staf dan operasional lainnya lebih lama. Ketika DSO tidak dijaga, profitabilitas proyek bisa terkikis hanya karena keterlambatan pembayaran.

🏭 Manufaktur

Produsen yang memasok barang ke distributor atau retailer besar sering memberikan termin pembayaran 30–60 hari. Tapi jika pembayaran molor, pabrik bisa kekurangan dana untuk membeli bahan baku dan membayar tenaga kerja. Bahkan ada kasus di mana produksi terhenti sementara karena arus kas tak mencukupi—padahal buku penjualan tampak penuh.

🏥 Layanan Kesehatan

Rumah sakit dan klinik yang bekerja sama dengan asuransi sering menghadapi klaim yang lambat cair. Di sini, DSO bisa membengkak hingga lebih dari 90 hari. Padahal mereka tetap harus menjaga ketersediaan obat, alat medis, dan membayar gaji tenaga kesehatan. Dalam jangka panjang, DSO tinggi bisa membahayakan kualitas layanan.

Setiap industri memiliki karakteristik DSO yang berbeda, namun satu hal yang pasti: semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menerima pembayaran, semakin tinggi risiko terhadap likuiditas perusahaan. Karena itu, DSO bukan hanya angka administratif—tapi alarm penting untuk memastikan keberlanjutan bisnis.

Cara Menghitung DSO

Setelah memahami pentingnya DSO, langkah berikutnya adalah mengetahui bagaimana angka ini dihitung. Meski terdengar seperti rumus akuntansi, perhitungan DSO sebenarnya cukup sederhana dan bisa dilakukan bahkan oleh tim sales atau manajemen yang ingin memantau performa piutang secara rutin.

📌 Rumus Dasar DSO:

DSO = (Penjualan Kredit : Piutang Usaha) × Jumlah Hari dalam Periode

Penjelasan singkat:

  • Piutang Usaha = total tagihan yang belum dibayar oleh pelanggan.
  • Penjualan Kredit = total penjualan yang dilakukan secara non-tunai dalam periode yang sama.
  • Jumlah Hari = biasanya 30 hari (untuk hitungan bulanan) atau 365 hari (untuk tahunan).

📊 Contoh Sederhana:

Misalnya, dalam bulan Juni:

  • Piutang usaha yang belum dibayar = Rp500.000.000
  • Total penjualan kredit di bulan Juni = Rp1.800.000.000
  • Jumlah hari dalam periode = 30 hari

DSO = (500.000.000 : 1.800.000.000) x 30 = 8.33 hari

Angka 8,33 hari ini menunjukkan bahwa secara rata-rata, perusahaan membutuhkan 8,3 hari untuk menerima pembayaran setelah penjualan dilakukan.

🔁 Alternatif: Receivables Turnover Ratio

Beberapa perusahaan memilih menghitung DSO berdasarkan rasio perputaran piutang:

Receivables Turnover = (Penjualan Kredit : Rata-Rata Piutang)

Lalu:

DSO = (Jumlah Hari dalam Periode : Receivable Turnover)

Rumus ini berguna jika data piutang dan penjualan bersifat fluktuatif, atau saat ingin melihat efisiensi penagihan selama satu tahun penuh.

Di industri alat berat seperti yang dijalani Bu Mayang, DSO seringkali lebih panjang dari sektor lain karena skema pembayaran cicilan. Namun tetap penting untuk menghitung dan memantau tren DSO tiap bulan atau kuartal, agar perusahaan dapat mengambil tindakan saat terjadi perlambatan pembayaran.

Kenapa DSO Perlu Dijaga Rendah?

Di awal kuartal, Bu Mayang dan timnya berhasil mengamankan sejumlah kontrak penjualan bernilai besar. Namun ketika laporan keuangan memperlihatkan lonjakan DSO dari 55 hari menjadi 83 hari, alarm langsung berbunyi di ruang rapat direksi. Penjualan naik, tapi kas justru menipis. Apa yang terjadi?

Jawabannya ada di balik satu hal: pembayaran dari pelanggan berjalan lebih lambat dari biasanya.

Semakin tinggi angka DSO, berarti semakin lama perusahaan harus menunggu untuk menerima uang hasil penjualan. Jika tidak dikelola dengan baik, situasi ini bisa menyebabkan:

⚠️ 1. Gangguan Arus Kas

Biaya operasional seperti gaji karyawan, pembayaran vendor, dan pengadaan barang tetap berjalan. Jika kas perusahaan tertahan di piutang, maka aliran dana bisa terganggu. Perusahaan bahkan bisa terpaksa mengambil pinjaman jangka pendek hanya untuk menutup kebutuhan rutin.

⚠️ 2. Penundaan Kegiatan Operasional

Dalam industri distribusi alat berat, modal kerja sangat penting untuk menyuplai alat, menyiapkan logistik, serta membayar teknisi lapangan. DSO tinggi bisa menunda proses pembelian ulang stok atau perpanjangan kontrak layanan purna jual.

⚠️ 3. Risiko Kerugian Akibat Gagal Bayar

Semakin lama invoice dibiarkan tertunda, semakin tinggi risiko bahwa invoice tersebut tidak akan pernah dibayar sepenuhnya. Pelanggan mungkin mengalami kesulitan finansial, atau bahkan bangkrut. Maka dari itu, DSO bukan hanya soal kecepatan, tapi juga soal mitigasi risiko.

⚠️ 4. Citra Keuangan yang Tidak Sehat

Bagi perusahaan yang sedang mencari pendanaan, DSO tinggi bisa menurunkan daya tarik di mata investor atau bank. Karena dari sisi eksternal, tingginya DSO bisa dilihat sebagai kurangnya efisiensi dalam pengelolaan piutang dan lemahnya kontrol pembayaran.

Karena itu, menjaga DSO agar tetap rendah—atau setidaknya stabil di batas wajar industri—adalah bentuk pertahanan penting dalam menjaga kesehatan finansial jangka panjang. Pada akhirnya, penjualan yang baik adalah penjualan yang dibayar dengan cepat dan tepat waktu.

Berapa DSO yang Sehat di Berbagai Industri?

DSO yang “ideal” sebetulnya relatif. Tidak ada satu angka sakral yang bisa diterapkan ke semua perusahaan. Kenapa? Karena setiap industri punya karakteristik pembayaran yang berbeda—tergantung pada struktur kontrak, kekuatan negosiasi, dan model bisnis.

Berikut ini gambaran umum standar DSO di beberapa sektor:

IndustriRata-rata DSOKeterangan
Distribusi alat berat90–180 hariUmumnya karena skema cicilan bertahap dengan DP, termin, dan final payment
Manufaktur45–75 hariBergantung pada perjanjian supply chain dan ketentuan kredit
Jasa profesional (konsultan, hukum)30–60 hariKontrak berbasis jam kerja atau deliverables
Retail & FMCG10–30 hariLebih pendek karena penjualan tunai atau semi-tunai (via distributor)
Teknologi & SaaS15–45 hariBiasanya pakai sistem pembayaran bulanan atau tahunan di awal (prepaid)

📌 Catatan:

  • DSO di atas 90 hari tidak selalu buruk, selama cashflow tetap lancar dan sudah diperhitungkan dalam struktur pembiayaan.
  • Namun jika DSO terus naik melebihi rata-rata industri tanpa alasan yang jelas, ini adalah sinyal merah yang perlu segera dievaluasi.

Dalam kasus Bu Mayang, DSO divisinya memang tidak bisa dibandingkan dengan industri ritel atau SaaS. Tapi kenaikan DSO hingga nyaris 30 hari dari periode sebelumnya—tanpa ada tambahan pembayaran dari klien—sudah cukup membuat CFO gelisah.

Maka dari itu, memahami benchmark industri adalah langkah pertama untuk bisa mengevaluasi DSO perusahaan secara objektif.

Tips Mengelola dan Menurunkan DSO di Perusahaan

Bu Mayang tahu bahwa mempercepat pembayaran dari klien bukan perkara semudah membalikkan telapak tangan—apalagi untuk penjualan alat berat bernilai miliaran rupiah. Tapi bukan berarti tidak bisa diusahakan. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk menjaga DSO tetap sehat dan tidak mengganggu cash flow:

✅ 1. Evaluasi dan Perjelas Ketentuan Pembayaran

Periksa kembali semua kontrak penjualan. Apakah ada klausul yang terlalu longgar soal tempo pembayaran? Apakah termin pelunasan sudah sesuai dengan siklus penerimaan kas perusahaan?

➡️ Contoh: Tambahkan insentif diskon 1-2% untuk pembayaran lebih awal, atau denda untuk keterlambatan cicilan.

✅ 2. Otomatiskan Proses Penagihan

Gunakan software ERP atau aplikasi invoice automation yang dapat mengirimkan tagihan secara otomatis ke klien, lengkap dengan reminder dan status pembayaran.

➡️ Sistem seperti ini mengurangi risiko invoice “lupa dikirim” atau penagihan yang molor hanya karena human error.

✅ 3. Segmentasi Klien Berdasarkan Performa Pembayaran

Bu Mayang mulai mengelompokkan klien ke dalam tiga kategori: yang selalu tepat waktu, kadang-kadang terlambat, dan yang sering telat. Pendekatan follow-up dan strategi penagihan pun disesuaikan.

➡️ Misalnya, untuk klien yang sering terlambat, tim sales diminta ikut turun tangan memberi tekanan persuasif.

✅ 4. Kolaborasi Lebih Dekat antara Tim Sales dan Keuangan

Penjualan selesai bukan berarti tugas sales selesai. Tim keuangan perlu dukungan dari tim sales untuk mendorong klien agar membayar sesuai jadwal.

➡️ Di perusahaan Bu Mayang, kini ada rapat mingguan antara divisi sales dan finance untuk bahas aging invoice.

✅ 5. Tinjau Kredit Klien Secara Berkala

Jangan ragu untuk melakukan credit rechecking terhadap klien lama. Bisnis mereka bisa saja berubah dan jadi lebih berisiko.

➡️ Evaluasi ini membantu menentukan apakah mereka masih layak diberikan skema pembayaran yang longgar, atau perlu diperketat.

Penutup: Menjaga DSO Tetap Sehat Demi Stabilitas Cash Flow

Beberapa bulan setelah mengambil tindakan-tindakan tadi, Bu Mayang mulai melihat hasilnya. Beberapa klien yang sebelumnya sering telat bayar, kini mulai lebih disiplin karena sistem penagihannya lebih rapi dan follow-up-nya konsisten. Tim sales pun mulai lebih proaktif bekerja sama dengan bagian keuangan, tidak hanya fokus menutup penjualan.

DSO perusahaan memang tidak bisa ditekan drastis dalam semalam, apalagi dalam industri alat berat yang memang punya karakteristik pembayaran bertahap. Tapi dengan pendekatan yang tepat—baik dari sisi operasional, sistem, maupun komunikasi dengan klien—Bu Mayang berhasil menjaga DSO dalam batas aman dan menghindari krisis kas.

Bagi perusahaan distribusi, jasa, maupun manufaktur, DSO yang tinggi bukan hanya soal keterlambatan pembayaran. Ini soal kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Maka, mengelola DSO bukan hanya tugas finance, tapi kolaborasi lintas divisi yang memerlukan strategi jangka panjang.

Jika Anda merasa perusahaanmu mulai mengalami tanda-tanda DSO memburuk, mungkin ini saatnya untuk meninjau ulang proses invoicing dan manajemen AR-mu. Think Tank Solusindo siap membantu perusahaan seperti milik Bu Mayang—seperti misalnya dalam aspek integrasi sistem ERP untuk automasi invoicing.

📞 Hubungi tim konsultan kami untuk diskusi lebih lanjut atau coba demo gratis software ERP yang bisa bantu jaga arus kas perusahaanmu tetap sehat:

📲 Hubungi kami sekarang untuk menjadwalkan demo:

❓FAQ seputar Days Sales Outstanding (DSO)

DSO adalah metrik keuangan yang mengukur rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan sebuah perusahaan untuk menerima pembayaran setelah melakukan penjualan kredit. Semakin tinggi DSO, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi kas.

DSO penting karena berhubungan langsung dengan arus kas. DSO yang terlalu tinggi dapat mengganggu likuiditas dan menimbulkan risiko keuangan, terutama jika perusahaan harus menutupi pengeluaran operasional tanpa adanya pemasukan dari pembayaran pelanggan.

Tidak ada angka baku, karena tergantung industrinya. Namun, secara umum, DSO yang berada di bawah 45 hari dianggap baik. Di sektor alat berat atau proyek bernilai besar, DSO bisa jauh lebih panjang karena skema pembayaran bertahap.

Beberapa strategi meliputi:

  • Menjalin komunikasi aktif dengan pelanggan terkait status pembayaran
  • Menetapkan syarat pembayaran yang jelas sejak awal
  • Mengirimkan invoice secepat mungkin
  • Menerapkan sistem ERP yang mendukung automasi penagihan
  • Memberikan insentif untuk pembayaran lebih cepat

https://8thinktank.com
Think Tank Solusindo adalah perusahaan konsultan ERP yang berdedikasi untuk membantu bisnis mengatasi tantangan operasional melalui solusi teknologi terbaik. Sebagai mitra resmi dari ERP global seperti SAP, Acumatica dan lainnya, kami tidak hanya menyediakan sistem — kami memberikan transformasi bisnis yang nyata. Kami percaya bahwa setiap perusahaan memiliki tantangan unik, dan itulah sebabnya tim kami hadir bukan hanya sebagai vendor, tapi sebagai partner strategis. Think Tank menggabungkan pengalaman industri, teknologi terkini, dan pendekatan konsultatif untuk memberikan solusi ERP yang tepat sasaran dan berdampak nyata bagi klien. Dengan dukungan teknologi kelas dunia, kami membantu perusahaan memperbaiki proses bisnis, meningkatkan efisiensi, dan mempercepat pertumbuhan. Apa yang membedakan Think Tank dari team lainnya? Kami bukan hanya menjual software — kami menyelesaikan masalah bisnis.