alternatif epicor

Alternatif Epicor ERP Terbaik untuk Perusahaan Manufaktur & Distribusi

Pak Hasan sedang menatap layar dashboard Epicor di ruang kerjanya yang sunyi. Ia baru saja menerima laporan dari pabrik utama: rencana produksi kembali molor karena update bill of materials (BOM) yang terlambat sinkron ke gudang distribusi. Bukan pertama kalinya masalah kecil seperti ini muncul, dan setiap kali terjadi, dampaknya selalu merambat ke mana-mana, mulai dari keterlambatan pengiriman hingga meningkatnya biaya lembur tim operasional.

Sebagai IT Director yang sudah lebih dari satu dekade mengawal transformasi digital perusahaannya, Pak Hasan paham bahwa akar masalahnya bukan pada tim, melainkan pada sistem. Epicor yang dulu dipilih karena terlihat lengkap kini terasa membatasi. Ketika lini produksi bertambah dan jaringan distribusi meluas ke beberapa kota, permintaan untuk integrasi data real-time semakin tinggi. Namun setiap kali ia mengajukan perubahan workflow atau integrasi ke aplikasi lain, jawaban konsultan selalu sama: perlu custom tambahan, perlu waktu lebih lama, dan perlu biaya lebih besar.

Di satu sisi, Pak Hasan ingin mendorong perusahaan naik kelas dengan sistem yang lebih lincah, terutama karena persaingan di industri manufaktur dan distribusi semakin ketat. Di sisi lain, ia lelah menghadapi ekosistem yang terasa seperti tambal-sulam. Rapat mingguan bersama para manager pun selalu berakhir dengan pola yang sama: banyak potensi yang seharusnya bisa dioptimalkan, tetapi tertahan karena keterbatasan platform.

Situasi itu membuatnya mulai membuka opsi baru. Ia tak ingin perusahaan terjebak pada sistem yang tidak lagi sejalan dengan visi pertumbuhan tiga hingga lima tahun ke depan. Epicor bukan sistem yang buruk, tetapi jelas tidak lagi memberikan ruang yang cukup untuk ekspansi yang lebih ambisius.

Dari sinilah perjalanan Pak Hasan dimulai, mencari alternatif ERP yang lebih matang dan scalable, yang benar-benar bisa mendukung proses manufaktur dan distribusi perusahaan tanpa menambah beban kompleksitas di belakang layar. Sistem yang bukan hanya bekerja hari ini, tetapi juga siap mendampingi pertumbuhan bisnis di masa depan.

Mengapa Banyak Perusahaan Mulai Mencari Alternatif Epicor?

Setelah beberapa bulan memantau pola masalah yang muncul, Pak Hasan mulai menyadari bahwa isu yang ia hadapi bukan kasus terisolasi. Banyak kolega IT Director lain di industri manufaktur dan distribusi mengalami hal yang sama. Epicor bekerja cukup baik di tahap awal transformasi digital, tetapi ketika skala bertambah, sistem ini sering menunjukkan batasannya.

Masalah pertama biasanya muncul dari fleksibilitas proses. Perusahaan manufaktur di Indonesia umumnya punya alur kerja yang unik, entah itu multi-level BOM, perubahan batch produksi yang cepat, atau kebutuhan traceability yang ketat sampai level komponen. Epicor bisa menangani sebagian, tetapi untuk menyempurnakannya selalu perlu custom tambahan. Setiap penyesuaian kecil terasa seperti proyek besar, sehingga ritme inovasi perusahaan melambat.

Selain itu, ketika distribusi mulai menambah cabang atau gudang regional, kebutuhan integrasi data real-time jadi semakin penting. Tim Pak Hasan sering mengeluhkan bahwa sinkronisasi antar lokasi berjalan lambat, terutama pada jam sibuk. Akibatnya, keputusan operasional tidak bisa diambil dengan cepat. Stok di cabang bisa kelebihan satu hari dan kosong di hari berikutnya, hanya karena data tidak mengalir mulus.

Di luar itu semua, pengalaman pengguna juga menjadi batu sandungan. Tim operasional di lapangan mengeluh bahwa tampilan Epicor terasa rumit dan tidak intuitif. Pelatihan bagi karyawan baru memakan waktu lebih lama, dan kesalahan input masih sering terjadi. Bagi perusahaan yang sedang mengejar efisiensi, ini menjadi hambatan yang nyata.

Faktor terakhir, namun paling menentukan, adalah arah teknologi ke depan. Banyak perusahaan kini ingin beralih ke cloud penuh agar bisa meminimalkan downtime, mempercepat deployment module baru, dan memperkuat keamanan data. Epicor belum sepenuhnya berada di level cloud-native seperti kompetitor modern, sehingga opsi pengembangan jangka panjang terasa kurang fleksibel.

Semua dinamika ini membuat Pak Hasan mengambil langkah serius: perusahaan tidak bisa terus menerus menambal sistem. Mereka butuh platform ERP yang lebih matang, scalable, dan stabil untuk mendukung ekspansi manufaktur sekaligus operasional distribusi yang semakin luas. Dari sinilah pencarian alternatif Epicor benar-benar dimulai.

Hal-Hal yang Membuat Perusahaan ingin Upgrade dari Epicor

Setelah mengumpulkan laporan dari tim produksi dan distribusi selama beberapa kuartal, Pak Hasan mulai memetakan pola masalah yang terus berulang. Setiap titik frustrasi ternyata saling berhubungan, membentuk gambaran jelas bahwa perusahaan membutuhkan lompatan teknologi, bukan sekadar perbaikan kecil.

Keterbatasan penyesuaian workflow

Pabrik perusahaan Pak Hasan punya model produksi yang dinamis, termasuk perubahan rencana harian yang bergantung pada kondisi bahan baku dan permintaan distributor. Epicor sebenarnya dapat diatur, tetapi tidak cukup fleksibel untuk mendukung perubahan cepat tanpa customisasi besar. Setiap penyesuaian terasa mahal dan memakan waktu, sehingga tim produksi harus menyesuaikan diri dengan sistem, bukan sebaliknya.

Biaya pengembangan lanjutan yang sulit diprediksi

Ketika perusahaan menambah lini bisnis baru, kebutuhan laporan berbeda, atau membuka gudang regional baru, Epicor sering membutuhkan tambahan modul atau middleware. Biaya implementasi lanjutan ini tidak hanya besar, tetapi juga sulit direncanakan. CFO bahkan pernah mengeluh kepada Pak Hasan karena budget TI selalu “meledak” di tengah jalan, meskipun project plan sudah disetujui sejak awal.

Integrasi sistem eksternal

Di fase ekspansi, perusahaan mulai mengadopsi sistem pendukung seperti WMS untuk gudang besar, aplikasi E-commerce untuk distributor, hingga machine integration di pabrik. Epicor bisa terhubung, tetapi prosesnya tidak mulus. Banyak integrasi memerlukan konektor tambahan yang menambah lapisan kompleksitas. Ketika satu titik error muncul, tim IT harus melacak jalur integrasi yang panjang, membuat downtime operasional semakin sering terjadi.

UI yang tidak ramah pengguna

Banyak karyawan menghabiskan lebih banyak waktu untuk memahami menu dan alur input dibanding menyelesaikan tugas. Kesalahan pencatatan BOM, picking, hingga pelacakan batch sering terjadi dan berujung pada inefisiensi di lapangan.

Tidak optimalnya skalabilitas cloud

Di era ketika perusahaan targetnya ingin ekspansi nasional dengan gudang dan pabrik di berbagai kota, infrastruktur cloud-native menjadi kunci. Epicor belum memberikan fleksibilitas penuh untuk skenario ini. Tim TI pun berkali-kali berjaga malam menghadapi sinkronisasi data antar lokasi yang lambat.

Dari seluruh masalah ini, Pak Hasan makin yakin bahwa perusahaannya membutuhkan ERP yang tidak menghambat ekspansi. Mereka butuh platform yang cukup lincah untuk manufaktur, cukup stabil untuk distribusi, dan cukup matang untuk memayungi pertumbuhan beberapa tahun ke depan. Di titik inilah ia mulai mengevaluasi berbagai alternatif Epicor yang lebih modern dan siap mendukung visioner seperti dirinya. Terasa seperti langkah yang berat, tetapi jelas sebuah keputusan yang tidak bisa lagi ditunda.

Rekomendasi Software ERP Alternatif Epicor

Pencarian Pak Hasan akhirnya membawa ia pada beberapa solusi ERP yang lebih matang, lebih scalable, dan lebih siap mendukung ekspansi. Fokusnya sederhana: sistem harus bisa mengikuti ritme perusahaan, bukan membuat perusahaan menunggu sistemnya. Berikut adalah alternatif yang ia evaluasi dan akhirnya masuk ke shortlist rekomendasi.

SAP Business One

Pak Hasan tertarik dengan SAP Business One karena banyak pabrik skala menengah yang berhasil mengefisienkan produksi menggunakan fitur MRP (Material Requirements Planning) dan integrasi inventori yang rapi. SAP Business One juga punya ekosistem add-on yang luas, sehingga kebutuhan manufaktur yang spesifik dapat terpenuhi tanpa custom berlebihan.

Di sisi distribusi, modul penjualan dan manajemen cabangnya terkenal solid, membuat koordinasi antar gudang lebih terkendali. Bagi perusahaan yang ingin ERP praktis tetapi kuat, SAP Business One terasa seperti pilihan aman dan logis.

Acumatica

ERP cloud-native Acumatica yang semakin banyak digunakan perusahaan distribusi dan manufaktur modern. Daya tarik utama Acumatica adalah fleksibilitas workflow dan performa cloud yang stabil.

Ketika Pak Hasan melihat bagaimana data dari pabrik bisa mengalir ke tim distribusi secara real time tanpa jeda sinkronisasi, ia langsung memahami mengapa sistem ini banyak dipilih untuk perusahaan yang sedang berkembang cepat. Acumatica juga unggul dalam integrasi karena arsitekturnya terbuka, membuat integrasi mesin produksi hingga aplikasi e-commerce terasa lebih ringan dibanding Epicor.

SAP S/4HANA

Untuk perusahaan yang sedang merencanakan ekspansi besar dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, Pak Hasan juga mempertimbangkan SAP S/4HANA. Sistem ini memang kelas enterprise, tetapi sekali implementasi, skala dan performanya hampir tidak punya kompetitor.

Ia terkesan dengan kemampuan S/4HANA memproses data produksi dan distribusi dalam jumlah besar tanpa mengorbankan kecepatan laporan. Meski investasi awalnya signifikan, S/4HANA lebih cocok untuk perusahaan yang ingin memiliki fondasi teknologi jangka panjang yang stabil.

Rekomendasi lainnya

Selain tiga ERP di atas, Pak Hasan juga menemukan dua alternatif lain yang layak masuk radar. Pertama, Infor CloudSuite Industrial, ERP yang secara khusus dibangun untuk manufaktur kompleks. Banyak perusahaan dengan multi-plant production memilih Infor karena modul shop floor-nya sangat detail.

Kedua, ada Sage Intacct, yang meski lebih fokus pada keuangan, ternyata sangat kuat untuk perusahaan distribusi yang membutuhkan kontrol finansial lintas cabang yang ketat. Kombinasi cloud-native dan laporan finansial yang sangat presisi membuat Sage Intacct relevan bagi bisnis yang mengutamakan visibilitas keuangan real-time.

Setelah menimbang kelebihan masing-masing, Pak Hasan mulai membayangkan bagaimana sistem-sistem ini bisa memberikan fondasi baru bagi perusahaan. Ia sadar bahwa memilih ERP bukan soal mencari aplikasi yang populer, tetapi menemukan platform yang benar-benar sejalan dengan kebutuhan dan ambisi bisnis. Alternatif-alternatif inilah yang membuka jalan menuju transformasi yang lebih terukur dan berkelanjutan.

Penutup

Pak Hasan akhirnya menyadari bahwa tantangan yang ia hadapi bukan sekadar soal fungsionalitas ERP, tetapi bagaimana sistem tersebut mampu mendukung skalabilitas bisnis dan transformasi digital jangka panjang. Bagi perusahaan manufaktur dan distribusi yang sedang berkembang, memilih ERP bukan hanya soal mengganti aplikasi lama, tetapi memilih fondasi yang mampu mendorong efisiensi, kontrol biaya, dan visibilitas real-time yang menyeluruh.

Solusi seperti SAP Business One, Acumatica, dan SAP S/4HANA hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut. Dengan fleksibilitas modul, integrasi antar divisi, serta kemampuan otomatisasi yang lebih matang, perusahaan punya ruang lebih luas untuk bertumbuh tanpa terganjal batasan sistem. Pada akhirnya, keputusan transisi ERP bukan biaya, tetapi investasi strategis untuk daya saing di masa depan.

Jika Anda seorang CEO, Owner, atau IT Director seperti Pak Hasan yang sedang mempertimbangkan untuk beralih dari Epicor, pendekatan terbaik adalah berdiskusi langsung dengan konsultan implementasi yang memahami kebutuhan industri manufaktur dan distribusi secara mendalam.

Tim Think Tank Solusindo siap membantu mulai dari assessment kebutuhan, konsultasi solusi, hingga implementasi ERP yang sesuai dengan prioritas bisnis Anda.

Hubungi Kami untuk Konsultasi & Demo Gratis ERP:

FAQ: Alternatif Epicor untuk Manufaktur & Distribusi

Banyak perusahaan mencari sistem yang lebih fleksibel, mudah diintegrasikan dengan ekosistem teknologi modern, serta memiliki dukungan partner lokal yang kuat untuk implementasi dan support jangka panjang.

Ya, SAP Business One menyediakan fitur MRP, perencanaan produksi, costing, barcode, dan integrasi multi-gudang yang relevan untuk manufaktur skala menengah hingga berkembang.

Acumatica banyak dipilih industri distribusi karena struktur lisensi berbasis resource, workflow yang lebih agile, serta kemampuan integrasi cloud-native untuk eCommerce, marketplace, dan WMS modern.

S/4HANA lebih relevan untuk enterprise besar dengan proses multi-plant, rantai pasok kompleks, dan kebutuhan analytics real-time berbasis HANA.

Umumnya mencakup assessment kebutuhan, perbandingan modul, pemetaan data, implementasi, integrasi, lalu go-live dengan pendampingan partner.

https://8thinktank.com
Think Tank Solusindo adalah perusahaan konsultan ERP yang berdedikasi untuk membantu bisnis mengatasi tantangan operasional melalui solusi teknologi terbaik. Sebagai mitra resmi dari ERP global seperti SAP, Acumatica dan lainnya, kami tidak hanya menyediakan sistem — kami memberikan transformasi bisnis yang nyata. Kami percaya bahwa setiap perusahaan memiliki tantangan unik, dan itulah sebabnya tim kami hadir bukan hanya sebagai vendor, tapi sebagai partner strategis. Think Tank menggabungkan pengalaman industri, teknologi terkini, dan pendekatan konsultatif untuk memberikan solusi ERP yang tepat sasaran dan berdampak nyata bagi klien. Dengan dukungan teknologi kelas dunia, kami membantu perusahaan memperbaiki proses bisnis, meningkatkan efisiensi, dan mempercepat pertumbuhan. Apa yang membedakan Think Tank dari team lainnya? Kami bukan hanya menjual software — kami menyelesaikan masalah bisnis.